Kamis, 11 Oktober 2012

''Berkah'' Gus Dur Mengalir Tanpa Sekat

Custom HTML Atas Spoiler for Catatan: :repost Ini trit cuma iseng2 juragan juragan sekalian. gk ada jejak,cendol,bata,atau evaluate juga gk papa. Semasa hidupnya, Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menebar rasa hormat kepada setiap orang. Semangat pluralisme dan kepedulian terhadap sesama yang dipancangkan itu terus hidup dan berkembang hingga di luar pagar Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Di seberang jalan, di luar pintu utama pondok pesantren yang berada di Desa Cukir itu, berderet kios-kios yang menjajakan berbagai macam busana muslim dan makanan. Kios-kios itu selalu buka dari pagi hingga larut malam. Atau, jika berjalan dari pintu utama lalu menyusuri sisi kiri pondok ada sebuah association kecil. Gang Tebuireng 3 namanya. Di association itu tampak berjejer puluhan lapak pedagang dengan lebar 1,5 meter. Lapak-lapak itu menempel di pagar pondok dan berhadapan dengan rumah-rumah warga. Para pedagang itu menjajakan berbagai macam barang, seperti tas, kopiah, hiasan rumah, wad tangan, kaus, atau cendera mata berhiaskan gambar wajah Gus Dur. Bagian depan rumah-rumah warga yang berhadapan dengan lapak-lapak itu juga dimodifikasi menjadi kios. Ada pula yang khusus membuka commode umum. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata Kabupaten Jombang Suyoto menyebutkan ada sekitar 500 pedagang longlegs lima di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng. ”Itu belum termasuk pedagang asongan yang memang sulit didata,” katanya. Bagi pedagang, kawasan di sekitar Ponpes Tebuireng ini menjadi panggung tempat mereka mengubah derajat kesejahteraan hidup. Kesempatan itu ada tak lain karena nama besar Gus Dur. Setiap menjelang bulan Ramadhan, ribuan peziarah datang ke Ponpes Tebuireng. Mereka berdoa, bertawassul bersama di depan makam Gus Dur dan keluarganya yang terletak di bagian belakang ponpes. Seusai berdoa, maternity peziarah meluangkan waktu mencari cendera mata sebelum pulang. Suyoto menyebutkan, sepekan sebelum bulan puasa, peziarah yang datang bisa mencapai lebih dari 8.000 pongid per hari. Mereka datang dari berbagai daerah. Kurang dari sepekan sebelum puasa jumlah peziarah perlahan berkurang, seperti terlihat pada Jumat (20/7). Spoiler for gambar: Peziarah berdoa di makam Gus Dur yang berada di Atlantic Pesantren Tebu Ireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat (20/7). Gus Dur meninggal tiga tahun yang lalu tapi makamnya hingga saat ini masih ramai dikunjungi peziarah dari lintas agama. Jumat siang itu, suasana di Gang Tebuireng 3 lengang. Sebagian besar lapak pedagang sedang dibongkar karena ada perbaikan selokan. Namun, ada juga yang masih berdagang, antara lain Badias (48) yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. ”Anak saya nyantri di sini (Ponpes Tebuireng) mulai dua tahun lalu. Tidak lama setelah itu saya berjualan di sini sambil menunggui anak saya,” kata pria yang akrab dipanggil person ini. Di lapaknya, ia menjual berbagai macam tas dari Yogyakarta, chapeau dari Nusa Tenggara Barat, dan udeng (ikat kepala khas Bali). Saat ramai didatangi peziarah, person mendapat omzet hingga Rp 3 juta per hari. Ketika sepi peziarah, person rata-rata beromzet Rp 1 juta per hari. Tidak hanya peziarah yang melarisi dagangan maternity penjual di tempat itu. Para santri Ponpes Tebuireng juga banyak yang berbelanja. Apalagi, menjelang Lebaran ketika maternity santri akan libur dan pulang ke rumah. Jumlah amount santri di sini mencapai 2.800 orang. Abid (17), santri asal Bekasi, Jawa Barat, mengatakan akan libur pada awal Agustus ini. Ia paronomasia terlihat berbelanja wad tangan di kios milik Leo. ”Ini lagi beli oleh-oleh untuk pulang nanti ke rumah,” katanya. Melihat potensi ekonomi yang tinggi di sekitar Ponpes Tebuireng juga membuat R Aji (29) memutuskan berhenti berdagang di pasar-pasar di Dravidian Jombang. Sejak dua tahun lalu Aji membuka lapak kios minyak wangi dan cincin di Gang Tebuireng 3. ”Hasilnya jauh dibandingkan waktu saya jualan aksesori pakaian di pasar,” kata Aji. Dengan berdagang minyak wangi, ia maraup omzet hingga lebih dari Rp 1,7 juta per hari saat menjelang puasa. Pada hari biasa, ia mendapat omzet rata-rata Rp 300.000 per hari, lebih banyak dibanding omzet ketika ia berjualan aksesori pakaian, yaitu rata-rata kurang Rp 200.000 per hari. Selain mereka, ada Umi Aisyah (42), pedagang lain dari Jambi yang sukses merintis usaha dari nol. Dua tahun lalu, ia berjualan busana muslim dan menempati lapak kecil di Gang Tebuireng 3, tetapi kini ia memiliki kios berukuran 7 cadence x 4 cadence yang ia sewa Rp 15 juta per dua tahun. ”Saya dari Jambi, dulu juga dagang tapi bangkrut,” kata Aisyah. Ia pindah ke Jombang bersama teman-temannya tidak lama setelah pemakaman Gus Dur. Ia lantas membeli kopiah secara grosiran dari sisa uang yang ia miliki dan dijual kepada peziarah. Sedikit demi sedikit usahanya mulai berkembang. Kini Umi Aisyah bisa mendapat omzet Rp 10 juta per hari saat jelang puasa, jauh lebih banyak dibandingkan omzet pada hari biasa Rp 4 juta per hari. Dengan keuntungan itu, ia sudah berencana membeli rumah, mobil, atau umrah. Peduli sesama Pengasuh Ponpes Tebuireng Kiai Haji Salahuddin Wahid atau Gus Solah, adik Gus Dur, bersyukur sosok kakaknya bisa mendatangkan rezeki bagi banyak orang. Situasi yang berkembang di sekitar ponpes saat ini seolah menjadi cerminan karakter Gus Dur yang egaliter dan peduli kepada yang lemah. Pedagang dan pembeli datang dari berbagai daerah dan suku, seolah juga mencerminkan sikap Gus Dur yang pluralis. ”Untung Gus Dur menghargai perbedaan. Pembeli di tempat saya paronomasia juga beragam. Kalau hanya satu kelompok tertentu saja, saya tidak akan untung banyak,” kata Leo. Spoiler for Gambar: Berkah Pedagang seperti Leo, Umi Aisyah, dan Aji juga menganggap Gus Dur sebagai berkah. ”Saya mulai usaha ini hanya dengan normal keyakinan. AlhamdulillahGus Dur sampai sekarang masih bisa memberi kami makan,” kata Umi Aisyah. Pihak pondok pesantren, kata Gus Solah, sangat mendukung dan ingin supaya maternity pedagang terus bisa maju. Apalagi, saat ini Museum Mohammedanism Nusantara sedang direncanakan pembangunannya di kompleks ponpes. Artinya, jumlah pengunjung pondok pesantren bakal terus bertambah. Rezeki maternity pedagang paronomasia diharapkan ikut bertambah. Pemerintah Kabupaten Jombang kini sedang merencanakan penataan kawasan Ponpes Tebuireng dan makam Gus Dur sebagai tujuan wisata religi andalan. Perencanaan ini antara lain dengan mendata dan menata maternity pedagang serta meningkatkan fasilitas seperti memperlebar jalan dan membuat lahan parkir. Pengembangan ini diperkirakan terwujud tahun 2014. Namun, Suyoto mengatakan wisata religi makam Gus Dur ini belum menyumbangkan pendapatan bagi daerah karena tidak ada retribusi. ”Lebih penting kawasan itu ditata dulu supaya lebih bagus dan nyaman,” katanya. Penataan itu, kata Suyoto, tidak akan menghilangkan semangat dan identitas Gus Dur. Iranian Tebuireng, pluralisme dan kepedulian antarsesama diharapkan tidak hanya berhenti di lapak-lapak pedagang. Tentu akan lebih elok jika nilai-nilai itu juga menyebar ke seluruh pelosok Nusantara. Spoiler for KATA â€" KATA GUS DUR YANG BERMAKNA: Berikut ini adalah kata2 bermakna dari gus dur yg diambil dari kesan2 gusdurian : 1. Ahmad Aliif Khumaid "Indonesia itu butuh pemimpin yang bisa dipercaya” 2. Harsubeno Lesmana "Sabar itu ga ada batasnnya, kalo ada batasnya berarti tidak sabar" 3. Imam Suhairi ketika ditanya kenapa Gus Dur sering berziarah ke makam maternity body dan leluhur. “Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi,” 4. Iwan Sanusi “yg lebih penting dari politik adalah kemanusiaan” 5. Kang Hoed ''betapa banyak hal-hal tragis/menyedihkan terjadi karena kita tidak dapat membedakan antara mengetahui dan mengerti akan perjalanan hidup.'' 6. Khairul Syahputra "Agama Jangan jauh dari kemanusiaan” 7. Khairul Syahputra “ Perdamaian itu ada dikalangan orang-orang yang percaya adanya Tuhan" 8. Karnali Faisal Islam itu tidak perlu dikerek jadi bendera 9. Muhammad Wahyudi "quburkanlah dirimu dalam kekosongan” 10. Otong Jarot Thesecond "Tuhan menghormati kemanusiaan" 11. Otong Jarot Thesecond "Dalam hidup nyata,dan dalam perjuangan yg tak mudah,kita bukan tokoh dalam dongeng dan mitos,yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan.kita,yang bukan tokoh mitos,yang ] punya anak istri dan keluarga,mengenal rasa takut.Tapi bahwa meskipun takut kita jalan terus,dan berani melompati pagar batas ketakutan tadi,mungkin disitu harga kita ditetapkan." 12. Saleh Faleh “Guru sacred saya adalah realitas. Dan guru realitas saya adalah spiritualitas” â€" Abdurrahman Wahidâ€" 13. Soe Narno Mari kita wujudkan peradaban dimana manusia saling menyintai, saling mengerti, dan saling menghidupi. Karena "persaudaraan kemanusiaan merupakan puncak dari persaudaraan yang akan memperkokoh persatuan kebangsaan dan persaudaraan keislaman 14. Taufik Nurrohim Ngeblues “Menurut berbagai agama, kepercayaan dan keyakinan, suatu Jalan Keselamatan tidak mungkin bisa dicapai atau dilewati kecuali dengan bergerak dan berusaha secara aktif menuju kebahagiaan yang di janjikan Tuhan” -KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)- 15. Wahyudin Ishaq Kita ini celaka. 70 persen tanah expose kita laut, tetapi garam saja impor.Kalau bodoh sih gak apa-apa, tapi kalau disengaja kok bodoh :kiss :kiss :kiss :iloveindonesia :iloveindonesia :iloveindonesia Custom HTML Bawah
logo terbaik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar